
Syamsul Arafat
Oleh : Syamsul Arafat
Masyarakat pecinta sepak bola Indonesia sedang diselimuti perasaan suka cita. Maklum saja tim nasional kesebelasan Indonesia U 19 sedang menuai prestasi yang cukup menggembirakan. Dimulai dari piala AFF U 19 yang mempertemukan kesebelasan antar negara-negara se-Asia tenggara, pada tanggal 22 September 2013 lalu Timnas berhasil menjadi juara. Tim Garuda muda berhasil menundukan tim kuat Vietnam di final lewat drama adu pinalti. Euforia kemenangan dan kebangkitan Timnas pun menggema di seantero nusantara.
Belum selesai euforia kemenangan di piala AFF, Evan Dimas dan kawan-kawan kembali mengharumkan nama bangsa dengan prestasinya. Kali ini di penyisihan grup piala AFC U19 Timnas Indonesia berhasil lolos ke putaran final setelah dengan poin sempurna mengalahkan lawan-lawannya. Tidak tanggung-tanggung, di partai terakhir anak asuhan pelatih Indra Syafrie ini berhasil mengalahkan tim kuat sekaliber Korea Selatan dengan skor tipis 3-2, padahal sudah menjadi rahasia umum bahwa Korea Selatan adalah salah satu raja sepak bola Asia.
Kemenangan demi kemenangan yang diraih oleh Timnas U19 tersebut selain karena faktor permainan yang bagus hasil dari latihan yang maksimal, sebetulnya ada hal lain yang menarik untuk diperhatikan, yaitu; seringnya para pemain melakukan sujud sebagai luapan kegembiraan apabila telah mencetak goal atau setelah merayakan kemenangan. Selain pemain tidak lupa para pelatih dan official pun melakukan hal yang sama. Dalam tinjauan syar’i sujud yang dilakukan oleh para pemain itu adalah sujud syukur, yaitu sujud yang dilakukan sebagai ekspresi kegembiraan yang dialaminya.
Pengertian sujud syukur
Sujud syukur adalah sujud yang dilaksanakan ketika mendapatkan keni’matan/kebahagiaan yang diluar kebiasaan atau terhindar dari bahaya, dan sama saja apakah keni’matan yang didapat itu ada pada kaum muslimin secara umum atau secara khusus kepada yang bersangkutan (al Bassam, Taudlihul Ahkam, juz 2 hal: 241). Rasulullah saw apabila beliau menerima kabar yang memudahkan urusannya atau berupa kabar gembira sering melaksanakan sujud sebagai ekspresi syukur kepada Allah swt.
عَنْ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرُ سُرُورٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ
Hadits dari Abu Bakrah, dari Nabi saw, keadaan Rasulullah saw apabila datang urusan yang memudahkannya atau diberi kabar gembira beliau tersungkur bersujud sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Swt (Abu dawud, kitab Jihad, bab fii sujud syukur no: 2393).
عَنْ أَبِي بَكْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا أَتَاهُ أَمْرٌ يَسُرُّهُ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شُكْرًا لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى.
Hadits dari abu Bakrah, bahwa Nabi saw apabila datang kepadanya urusan yang memudahkannya atau diberi kabar gembira beliau tersungkur bersujud sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Tabaraka wa Ta’alla. (Ibnu Majah, kitab iqamah shalat wa sunah fiiha, bab maa jaa fi shalat wa sajdati ‘inda syukri, no:1384 ).
Menurut al Bassam hadits ini dolif, karena pada sanadnya ada rowi yang bernama Bakkar bin ‘Abdil ‘Aziz bin Abi Bakrah Ats-Tsaqafi. Namun, ada syawahid dalam riwayat Imam Ahmad yang bersumber dari Abdurrahman bin ‘Auf yang mengangkat derajat hadit tersebut dari kedloifannya.
Rasulullah saw pun sering melaksanakan sujud syukur apabila doa’- do’anya dikabulkan Allah swt.
عَنْ عَامِرِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ مَكَّةَ نُرِيدُ الْمَدِينَةَ فَلَمَّا كُنَّا قَرِيبًا مِنْ عَزْوَرَا نَزَلَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَدَعَا اللَّهَ سَاعَةً ثُمَّ خَرَّ سَاجِدًا فَمَكَثَ طَوِيلًا ثُمَّ قَامَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ فَدَعَا اللَّهَ سَاعَةً ثُمَّ خَرَّ سَاجِدًا فَمَكَثَ طَوِيلًا ثُمَّ قَامَ فَرَفَعَ يَدَيْهِ سَاعَةً ثُمَّ خَرَّ سَاجِدًا ذَكَرَهُ أَحْمَدُ ثَلَاثًا قَالَ إِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي وَشَفَعْتُ لِأُمَّتِي فَأَعْطَانِي ثُلُثَ أُمَّتِي فَخَرَرْتُ سَاجِدًا شُكْرًا لِرَبِّي ثُمَّ رَفَعْتُ رَأْسِي فَسَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي فَأَعْطَانِي ثُلُثَ أُمَّتِي فَخَرَرْتُ سَاجِدًا لِرَبِّي شُكْرًا ثُمَّ رَفَعْتُ رَأْسِي فَسَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي فَأَعْطَانِي الثُّلُثَ الْآخِرَ فَخَرَرْتُ سَاجِدًا لِرَبِّي
Hadits dari ‘Amir bin Saad dari ayahnya ia berkata: kami keluar bersama Rasulullah saw dari Mekah hendak menuju Madinah. Maka ketika kami dekat ‘Ajwar beliau turun dan mengangkat kedua tangannya berdo’a kepada Allah sebentar kemudian bersujud cukup lama. Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya lagi dan sujud lagi cukup lama. Kemudian beliau mengangkat kedua tanggannya kemudian sujud lagi, Ahmad (seorang rawi) menyebutkan sampai tiga kali, beliau berkata; sesungguhnya aku meminta kepada Rabbku dan meminta syafaat untuk umatku, maka memberikan untukku dan sepetiga untuk umatku, maka aku tersungkur bersujud kepada rabbku sebagai bentuk rasa syukur. Kemudian aku mengangkat kepalaku meminta lagi untuk umatku, maka memberikan sepertiga untuk umatku, maka aku tersungkur bersujud sebagai rasa syukur. Kemudian aku mengangkat kepalaku meminta kapada rabbku untuk umatku, maka memberikan sepertiga yang akhir maka aku bersujud lagi kepada rabbku (sebagai ungkapan rasa syukur) (sunan Abu Dawud, kitab jihad, bab fi sujud syukur, no: 2394).
Begitu juga Rasulullah melaksanakan sujud syukur apabila diberi kabar gembira, baik itu kabar gembira yang berkaitan dengan dirinya atau berkaitan dengan keberhasilan da’wahnya.
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ …فَقَالَ إِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَام أَتَانِي فَبَشَّرَنِي فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ صَلَّيْتُ عَلَيْهِ وَمَنْ سَلَّمَ عَلَيْكَ سَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَسَجَدْتُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ شُكْرًا
Hadits dari Abdurrahman bin Auf, Rasulullah saw keluar pada suatu hari… kemudian berkata: sesungguhnya Jibril AS datang kepadaku memberi kabar gembira kepadaku, kemudian berkata: sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman: Barang siapa yang shalawat kepadamu, maka Aku akan bershalawat kepadanya, dan barang siapa yang salam kepadamu maka aku akan salam kepadanya. Maka aku bersujud kepada Allah Azza wa Jalla sebagai bentuk rasa syukur. (Musnad Ahmad, hadits abdurrahman bin auf, no :1575).
وَعَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، { أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ عَلِيًّا إلَى الْيَمَنِ – فَذَكَرَ الْحَدِيثَ – قَالَ : فَكَتَبَ عَلِيٌّ بِإِسْلَامِهِمْ فَلَمَّا قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكِتَابَ خَرَّ سَاجِدًا ، شُكْرًا لِلَّهِ تَعَالَى عَلَى ذَلِكَ
Hadits dari al-Bara bin Azib ra, bahwa Rasulullah saw mengutus Ali ke Yaman…kemudian berkata: maka Ali Menulis tentang masuk Islamnya penduduk Yaman, maka ketika Rasulullah Saw membaca suratnya beliau tersengkur bersujud sebagai ekspresi rasa syukur kepada Allah Swt mengenai hal itu. (al Baihaki, Sunan kubra al baihaki, juz 2 hal 369, lihat juga al Bassam, Taudlihul ahkam, juz 2, hal : 270, no: 283).
Kebiasaan Nabi saw melaksanakan sujud syukur ini ketika memperoleh urusan yang memudahkannya atau berita yeng menggembirakannya, juga diikuti oleh para sahabat beliau yang lainnya, diantaranya oleh Abu Bakar yang melaksanakan sujud syukur ketika mendengar kabar sang Nabi palsu Musailamah al-Kazdab terbunuh. Dan begitu juga Ka’ab bin Malik yang bersujud syukur ketika Allah swt menerima taubatnya.
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ لَمَّا تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ خَرَّ سَاجِدًا
Hadits dari Abdurrahman bin Ka’ab bin Malik dari ayahnya, ia berkata: ketika Allah Swt menerima taubatnya dia tersungkur bersujud (sebgai bentuk rasa syukur). (Ibnu Majah, kitab iqamah shalat wa sunah fiiha, bab maa jaa fi shalat wa sajdati ‘inda syukri, no:1383 ).
Melihat hadits-hadits diatas, maka melaksanakan sujud syukur sebagai bentuk ekspresi kegembiraan merupakan sunah Rasulullah saw. Begitu juga selebrasi yang dilakukan oleh para pemain timnas Indonesia diatas. ungkapan sujud tersebut sebagai bukti bahwa pada hakikatnya manusia hanya bisa berikhtiar atau berusaha semaksimal mungkin, adapun hasilnya adalah mutlak dari Allah Swt. Dalam setiap kemenangan garuda muda bukan sebatas karena skill tiap pemainnya atau latihan ekstra keras yang sudah dijalaninya, tapi disana juga ada campur tangan Allah (God hand) yang ikut berperan memberikan kemenangan. Rasa sadar inilah yang mewujudkan sujud syukur dari seorang hamba-Nya.
Sujud syukur juga sebagai bentuk kesadaran diri lemahnya hamba dihadapan-Nya, dan sebuah keyakinan bahwa yang memberikan kebahagiaan dan keni’matan hakikatnya adalah Allah Swt. Dalam konteks kemenangan Timnas, seperti halnya kemerdekaan bangsa Indonesia yang merupakan anugrah rahmat Allah yang maha kuasa, maka kemenangan demi kemenangan timnas pun hakikatnya adalah anugrah Allah yang maha kuasa. Wallahu ‘allam. (Penulis adalah Bidang Dakwah PW. Pemuda Persis Jabar)