MELURUSKAN PEMAHAMAN AHL AL-BAYT


Oleh : Syamsul Arafat*

Term ahl al bayt merupakan sebuah istilah yang disepakati oleh dua golongan yang secara diametral bertentangan, yaitu ahlu sunah dan syi’ah. Istilah ini banyak bertebaran dalam berbagai literatur baik yang dimiliki oleh Suni maupun syi’I. Hal ini dikarenakan Al Qur’an dan Rosulullah saw sendiri yang menyebutkan istilah ini dengan berbagai fadilah (keutaman) yang dimilikinya.

Kata ahl sendiri dalam bahasa arab secara etimologis berarti penghuni, penduduk, pengikut, anggota kelompok/jamaah, sahabat atau ashab, keluarga dan istri. Adapun bayt adalah rumah atau sinonimnya dar dan manzil.[1] Itu artinya ketika seseorang mengatakan “Hadza ahl al bayti”, maka pengertiannya kemungkinan adalah penghuni rumahnya, keluarga dan istrinya, kelompok/jamaahnya, sahabat dirumahnya, dan lain sebagainya.

Permasalahan muncul ketika memberi pemahaman ma’na dari kalimat ahl al bayt itu sendiri, atau ketika Rosulullah saw bersabda: “Allahuma Inna Haul~ai  ahl bayti” Ya Allah mereka semua ini adalah Ahl al baytku. Siapa yang dimaksudkan ahl al bayt oleh Rasulullah saw, apakah istri-istrinya?, keluarganya?, anak-anaknya?, atau pengikut-pengikutnya?. Dalam permasalahan inilah terdapat perbedaan penafsiran antara kalangan ahlu sunah dan syi’ah.

Karbala

Bagi kalangan ahlu sunah tidak ada kesepakatan resmi tentang siapa sebenarnya yang dimaksud ahl al bayt oleh Rasulullah saw, semua tergantung dalam konteks apa dan peristiwa bagaimana kalimat tersebut muncul. Ibnu Katsir contohnya, walaupun menafsirkan QS al Ahzab ayat 33 dengan istri-istri Rasul sebagaimana menukil pendapat Ibnu Abas, tapi kemudian beliau menukil pendapat Ikrimah bahwa yang dimaksud dengan kalimat ahl al bayt tidak hanya khusus ditujukan untuk istri-istri Rasul tetapi juga bisa yang lainnya, hal ini disebabkan banyaknya dalail (keterangan-keterangan) yang menjelaskan hal itu.[2] Masih menurutnya Kalau yang menjadi asbabu an nuzul ayat ini hanya berkaitan dengan istri-istri Rasul maka ini adalah benar, tapi jika kalimat ahl al bayt dalam ayat ini hanya ditujukan maksudnya hanya  untuk istri-istri Rasul maka dalam hal ini perlu ditinjau ulang.[3] Begitu juga As Syaukani, ketika memberi penjelasan kalimat A~li (keluarga) dalam bacaan shalawat kepada Rosulullah saw dengan berbagai ma’na.[4]

Quraish Shihab bersama Khamenei

Sebaliknya bagi Syi’ah, mereka memberi taqyid (batasan) tentang siapa yang dimaksud dengan ahl al bayt baik yang ada dalam al Qur’an maupun sabda Rasulullah saw adalah hanyalah ditujukan untuk golongan tertentu, yaitu Ali, Fatimah, Hasan dan Husen dan tidak untuk yang lainnya. Hebatnya lagi klaim orang-orang syi’ah ini mencari legitimasinya dari literatur (al Qur’an dan Hadits) yang dipakai atau menjadi rujukan orang-orang suni. Walaupun tentunya mereka menafsirkannya dengan serampangan dan tidak bertanggung jawab, mereka menafsirkannya dengan akal semata hanya untuk mencari legitimasi keutamaan keluarga Ali dibandingkan yang lainnya.

Berikut ini diantara ayat al Qur’an beserta Hadits Rasul yang mereka gunakan untuk mendukung pendapat mereka berikut bantahannya.

a. Q.S al Ahzab ayat 33

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait  dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.

Menurut Mohamed Reza Modarresse yazdi, salah seorang ulama syi’ah kontemporer, kalimat ahl al bayt dalam ayat ini adalah orang-orang tertentu (maksudnya Ali, Fatimah, Hasan dan Husen-red), hal ini bisa dibuktikan dengan perubahan kata  ganti jama’ perempuan (kunna) menjadi jama’ laki-laki (kum) yang merupakan alasan yang sangat jelas untuk menunjukan dua hal yang berbeda terutama kata ganti tersebut berubah kembali menjadi kata ganti perempuan Jama’.[5]

Pendapat ini tentu saja salah dan tidak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh gramatika bahasa Arab, karena kata ganti jama’ laki-laki itu tidak menunjukan kepada salah satu golongan tertentu tetapi menunjukan keumuman. Hal ini sebagai mana dijelaskan oleh prof. Muhamad Baharun :  dalam bahasa arab kata ganti “kum” itu mencakup pria dan wanita (umum) seperti dalam keseharian kita mengucapkan “assalamu’alaikum”  kepada hadirin maupun hadirat.[6] Beliau kemudian melakukan perbandingan dengan apa yang ada dalam Q.S al Hud ayat 73.

Hal ini tentu saja mengindikasikan perubahan dlomir ini bukan legitimasi bahwa ayat ini hanya ditujukan pada Ali, Fatimah, Hasan dan Husen.

b. Hadits mengenai khutbah Rosul di Khum

Imam Muslim[7] meriwayatkan sebuah Hadits tentang khutbah Rosulullah saw di khum  yang menerangkan kita harus berpegang teguh pada tsaqalain yaitu kitabullah dan ahl al bayt. Redaksi selengkapnya :

قَالَ يَزِيْدُ بْنُ حَيَان:اِنْطَلَقْتُ أَنَا وَحُصَيْنُ بْنُ سَبْرَةَ وَعُمَرُ بْنُ مُسْلِمٍ إِلَى زَيْدِ بْنِ أَرْقَمٍ. فَلَمَّا جَلَسْنَا إِلَيْهِ قَالَ لَهُ حُصَيْن: لَقَدْ لَقَيْتُ، يَا زَيْدُ! خَيْرًا كَثِيْرًا. رَأَيْتَ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم. وَسَمِعْتَ حَدِيْثَهُ. وَغَزَوْتَ مَعَهُ. وَصَلَّيْتَ خَلْفَهُ. لَقَدْ لَقَيْتُ، يَا زَيْدُ خَيْرًا كَثِيْرًا. حَدِّثْنَا، يَا زَيْدُ! مَا سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم. قَالَ: يَا ابْنَ أَخيِ! وَاللهِ! لَقَدْ كَبِرْتُ سِنِّي. وَقَدِمَ عَهْدِي. وَنَسِيْتُ بَعْضَ الَّذِي كُنْتُ أَعِي مِنْ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم. فَمَا حَدَّثْتُكُمْ فَاقْبَلُوْا. وَمَا لَا، فَلاَ تُكَلِّفُونِيْهِ. ثُمَّ قَالَ: قَامَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَوْمًا فِيْنَا خَطِيْبًا. بِمَاٍء يُدْعَى خُمًّا. بَيْنَ مَكَّةَ وَاْلمَدِيْنَةِ. فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ. وَوَعَظَ وَذَكَرَ. ثُمَّ قَالَ “أَمَا بَعْدُ. أَلَّا أَيُّهَا النَّاسُ! فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوْشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُولُ رَبّيِ فَأُجِيْبَ. وَأَنَا تَارِكٌ فِيْكُمْ ثَقَلَيْنِ: أَوَّلَهُمَا كِتَابُ اللهِ فِيهِ الهُدَى وَالنُّوْرُ فَخُذُوا بِكِتَابِ اللهِ. وَاسْتَمْسَكُوا بِهِ” فَحَثَّ عَلَى كِتَابِ اللهِ وَرَغِبَ فِيْهِ. ثُمَّ قَالَ “وَأَهْلُ بَيْتِي. أَذَكِّرُكُمُ اللهَ فيِ أَهْلِ بَيْتِي. أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فيِ أَهْلِ بَيْتِي. أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فيِ أَهْلِ بَيْتِي”. فَقَالَ لَهُ حُصَيْن: وَمَنْ أَهْلُ بَيْتِهِ يَا زَيْدُ! أَلَيْسَ نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ؟ قَالَ: نِسَاؤُهُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ. وَلَكِنْ أَهْلَ بَيْتِهِ مَنْ حُرِّمَ الصَّدَقَةُ بَعْدَهُ. قَالَ: وَمَنْ هُمْ؟ قَالَ: هُمْ آلُ عَلِيٍّ، وَآلُ عُقَيْلٍ، وَآلُ جَعْفَرٍ، وَآلُ عَبَّاسٍ. قَالَ: كُلُّ هَؤُلاَءِ حُرِّمَ الصَّدَقَةُ؟ قَالَ: نَعَمْ.

Yazid bin Hayan berkata : saya, Husain bin sabroh dan Umar bin Muslim berangkat menemui Jaid bin Arqam. Ketika kami telah duduk Husain berkata kepadanya : kami menemuimu wahai Jaid, mudah mudahan memperoleh banyak kebaikan, engkau melihat Rosulullah saw, mendengar Hadits-haditsnya, berperang bersamanya dan sholat dibelakangnya, untuk itu kami menemuimu wahai jaid, mudah-mudahan memperoleh banyak kebaikan. Ceritakanlah kepada kami wahai Jaid apa saja yang telah engkau dengar dari Rosulullah saw!. Wahai anak saudaraku, demi Allah sungguh usiaku telah tua, masaku telah berlalu dan aku lupa sebagian yang aku dengar dari Rosulullah saw. Apa yang aku ceritakan maka terimalah, dan yang tidak maka janganlah kamu membebaniku dengannya. Kemudian Jaid berkata : Rosulullah saw berdiri pada suatu hari berbicara kepada kami (para shahabat) di sebuah tempat yang bernama khum, yang terletak antara Mekah dan Madinah. Beliau Tahmid dan menyanjung-Nya dan memberi nasihat dan peringatan. Kemudian berkata “ama ba’du : wahai manusia! Sesungguhnya aku ini manusia biasa hanya saja Allah swt menjadikanku seorang Rasul maka wajib diikuti. Dan aku meninggalkanmu Tsaqalain : yang pertama Kitabullah, yang padanya ada petunjuk dan cahaya maka ambil dan berpegang teguhlah dengan kitab Allah tersebut. Juga hendaknya bersemangat dan mencintainya. Kemudian berkata: juga Ahl al baytku, Aku Peringatkan kalian akan Allah tentang ahl al baytku,  Aku Peringatkan kalian akan Allah tentang ahl al baytku, Aku Peringatkan kalian akan Allah tentang ahl al baytku”. Bertanya Husain: Siapa Ahl al Bayt itu wahai Jaid bukankah istri-istrinya dan keluarga ? Jaid menjawab : Istri-istrinya diantara ahl al bayt,  tetapi ahl al baytnya itu adalah yang diharamkan atasnya shadaqah (zakat-red) setelahnya. Husain bertanya, siapa mereka ? Jawab Jaid : mereka adalah keluarga Ali, keluarga ‘Uqail, keluarga Ja’far dan keluarga Abas. Husain bertanya : Apakah bagi mereka semua diharamkan menerima shadaqah ? jawab Jaid : Betul.

Menurut Muhamed Reza Madarreese Yazdi, Hadits tsaqalain ini merupakan legitimasi tentang keistimewan ahl al bayt. Bahkan menurutnya melalui hadits ini maka ahl al bayt memiliki status yang setara dengan al Qur’an yang berarti terselamatkan dari kesesatan. Tapi anehnya tanpa rujukan yang jelas dia langsung menafsirkan bahwa maksud dari  ahl al bayt dalam hadits ini adalah Ali, Fatimah, Hasan dan Husen.[8]

Ulama Syi’ah ini tidak fair dalam mengutip Hadits tersebut, karena dia hanya mengutip sebagian (parsial) atau tidak seluruh bagian hadits ini, yaitu sampai kalimat Udzakkirukumullaha ahl al bayti (aku peringatkan kalian akan Allah tentang ahl al baytku) tiga kali. Padahal dalam hadits tersebut ada pertanyaan Husain yang bertanya kepada Jaid bin Arqam yang menanyakan siapa ahl al bayt dalam hadits tersebut, dan jawaban Jaid adalah orang-orang yang diharamkan menerima shadaqah dan bukan orang-orang tertentu seperti yang dimaksudkan olehnya.

Dari dua hal ini dapat disimpulkan, walaupun orang-orang syi’ah mencoba mencari legitimasi tentang keimaman Ali dan dalil yang dipakai dari literature suni, tapi tetap saja bisa dipatahkan dan dibantah, karena mereka membangun paradigma berpikirnya secara serampangan dan tidak dengan landasan yang kuat. Bukti-bukti dalil yang mereka kemukakan sangat dipaksakan dan terlalu mudah untuk dipatahkan, sehingga benar apa yang diucapkan dalam syarah muslim An Nawawi :

وهلاء أسخف مذهبًا و أفسد عقلاً أن يردَّ قو لهم أو يناظرَ

Semuanya itu adalah pendapat yang paling lemah dan akal yang rusak untuk sekedar dibantah pendapatnya.[9]

Imam Ali dan 11 Imam Syi’ah

Tafsiran mereka tentang ahl al bayt yang ditujukan hanya untuk Ali, Fatimah, Hasan dan Husen terlalu dipaksakan dan emosional. Tapi bukan berarti kita menafikan Fadilah (keutamaan) darinya. Kita (orang-orang suni) menghormati mereka sebagai bagian dari ahl al bayt dengan porsi fadilah (keutamaan)nya sendiri, sebagaimana para shahabat yang lain pun mempunyai keutamaan dihadapan Rosulullah saw yang melebihkannya dari yang lainnya. Tapi tidak kemudian dengan keutamaannya tersebut kita mengkultuskannya. Wallahu ‘alam Bis shawab.


*   Bidang Kaderisasi PW. Pemuda Persis Jawa Barat

[1] Muhamad Baharun, “Epistemologis antagonisme Syi’ah : dari Imamah sampai Mut’ah”, (Malang: Pustaka bayan, 2004), Cet III hal. 57.

[2] Al Hafidz Ibnu Katsir, “Tafsir al Qur’an al Adhim”, (Beirut: dar al Fikr, 1997), Cet. I, Juz III, hal. 503

[3] Ibid

[4] Muhamad bin Ali as Syaukani, “Nailul Authar Syarh Muntaqa al Akhbar min Ahaditsi Sayyidi al Akhyar”, (Beirut: dar el Fikr, 2002), Juz II, hal. 310.

[5] Mohamed Reza Modarrese Yazdi, “Syi’ah dalam Sunah: mencari titik temu yang terabaikan” (Terjemahan), (Penerbit Citra, 2005), Cet I, Hal. 63.

[6] Muhamad Baharun, “Epistemologis antagonisme Syi’ah : dari Imamah sampai Mut’ah”, (Malang: Pustaka bayan, 2004), Cet III hal. 59.

[7] Imam Abu al Husain Muslim bin Hajaj Naisaburi, “Shohih Muslim”, (Beirut, Dar al Fikr, 1993), Juz II, hal. 450, No. hadits 2408.

[8] Mohamed Reza Modarrese Yazdi, “Syi’ah dalam Sunah: mencari titik temu yang terabaikan” (Terjemahan), (Penerbit Citra, 2005), Cet I, Hal. 66.

[9] An Nawawi, “Shohih Muslim Bi Syarhi An Nawawi”, (Kairo: Dar al ‘Aqidah) Juz VIII, hal. 135. Lihat juga Tim Penulis Buku Pustaka Sidogiri, Mungkinkah Sunnah-Syi’ah dalam ukhuwah” (Sidogiri, Pustaka Sidogiri) cet II, hal 21, Dalam kata pengantar.

9 Comments

  1. kalau kita berkutat pd arti hurufiah mk yg terjd adalah pembenaran bg masing2 pendpt, sy berfikir sederhana sj, kita blm masuk ke masalah tarikh dan benar tidaknya riwayat berdasar dr kitab hadist yg katanya kitab shohih yg msh diperdebatkan. , apa yg sdh diberikan atau sumbangsih masing2 mazhab kpd dunia islam ? nabi SAW dlm hadist tsaqalaib yg mutawatir. ttg penafsirannya mazhab ahl sunah tdk jelas siapa yg dimaksud, pd mazhab ahl bayt sangat jelas. Imam jafar yg itrah ahl bayt sbg guru dr 4 mazhab ahl sunah memberikan sumbangan yg besar dlm kazanah ilmu. mazhab ahl bayt sangat menghormatinya, ttp mazhab ahl sunah justru mengecilkan peran beliaunya, ingin bukti coba tanyakan kpd umat islam ahl sunah ttg siapa beliau , bkal gak ada yg ngerti, krn mmg mazhab ahl sunah mmg mzhab milik penguasa umayah/ abasiah dan tunduk kpd penguasa. sdgkan mazhab ahl bayt diidentikkan dgn pemberontak penguasa umayah/abasiah dan berlanjut sd kini. lihat negara arab saudi bercumbu mesra dgn usa,barat dan israel

    Balas

    1. penjelasan suatu istilah dgn merujuk pada ma’na harfiah terlebih dahulu kemudian kmn istilah adalah sesuatu yg ilmiah. istilahnya dimulai dr lughatan (etimologi) berlanjut ke istilahan (terminologi). jadi apa yg saya uraikan diatas mengenai ma’na ahl bayt sudah benar secara akademis.
      Kitab hadits shahih (khususnya bukhari dan muslim) tidak pernah diperdebatkan ke shohihannya oleh ulama ahl sunah kecuali oleh kalangan syiah seperti anda, walaupun kritiknya tidak pernah ilmiah dan selalu bisa dipatahkan.
      pernyataan yang menggelitik buat saya ketika menyebutkan abhwa imam Ja’far adalah guru dr 4 madzhab ahl sunah, suatu pernyatan yang tidak jelas referensinya.
      menyebutkan bahwa madzhab ahl sunah sebagai madzhab milik pengausa umayah/abasiyah adalah kesimpulan orang yang tidak mengerti tarikh/sejarah. Tahukah anda bahwa Imam Ahmad bin hanbal, yang disebut sebagai ulama ahl sunah, justru pernah dipenjara oleh penguasa abasiyah. Sepertinya anda harus lebih banyak membaca lg literatur sejarah islam.

      Balas

  2. kedua, lihat saat ini dgn globalisasi, kita bisa melihat bhw siapa berperan sbg apa telah kelihatan, Arab saudi yg mayoritas ahl sunah, bermesraan dgn Usa, barat dan israel, Indonesia jg dmkn negara korupt terparah, lihat Iran yg ahl bayt sangat kuat negaranya meskipun telah 30 lebih diembargo oleh Usa, barat dll , lihat hanya negara Iran di timteng yg tdk berdiplomatik dgn israel dan amrik ,hampir semua negara arab baik2 dgn dua negara itu,aneh bukan. shg tulisan anda itu hanya masalah politik sj, apalagi imam nawawi itu tdk suka dgn ahl bayt, lihat riwayatnya mknya ahl bayt mengatakan kaum nawashib atau nashibi.

    Balas

    1. Apa yang terjadi sekarang ini tidak bisa menjudge mana yangs esat dan mana yag tdk sesat. sebab apa yg dilakukan para pengausa negara arab hari ini adalah kebijakan politis yg tidak merepresentasikan paham ahl sunah.
      terlebih anada tidak fair menyebutkan contohnya hanya Iran, lalu bagaimana dengn suriah dengan presiden diktatornya presiden Bashar. Kalau hanya melihat peristiwa hari ini maka kita bisa mengambil kesimpulan bahwa ajaran syi’ah adala ajaran yang menhalalkan perang bakan pembantaian.
      tuduhan yang tidak berdasar jika menyebutkan imam Nawawi tidak menyukai ahl bayt. apa kriterianya sehingga berani menuduh beliau dituduh demikian bahkan diberi gelar nawashib?

      Balas

  3. ttg ahl bayt itu sendiri, ahl sunah ingin mengikutsertakan semuanya dan itu tak masalah, itrah ahl bayt ada hingga kini yg keturunan ali dan fatimah, tp ahl bayt ( istri2 nabi lainnya) atas kuasa Allah SWT ya tdk menurunkan itrah ahl bayt. kita ingat ttg peristiwa yazid vs hussein ? keturunan ali dan fatimah bahkan hampir habis ketika pembantaian di karbala, tinggal imam zaenal abidin, atas kuasa Allah SWT keturunannya skrg mejd 200 jtaan org laki2 dan perempuan, sayyid dan sayyidah,termasuk prof.baharun yg anda sebut itu. apa anda msh mengelak ? sy bukan dr keturunan Nabi SAW, tp sy sy tdk

    Balas

    1. Ithrah tentang ahl bayt sebenarnya bermula dari QS al ahzab ayat 43. hanya masalahya golongan syiah trmasuk anda keukeuh hanya keluarga Ali dan fatimah yang termasuk ungkapan itu. tapi buat kami golongan ahl sunah semua keturunan Nabi, termasuk istri2 beliau adalah ahl bayt, dan ini secara akademis sudah saya uraikan diatas baik secara etimologi maupun terminologi. tinggal argumentasi anda apa sehingga hanya membatasi ahl bayt itu hanya untuk keluarga Ali dan Fatimah saja?. sebagai catatan argumen mohammed reza, ulama syi’ah kontemporer, tentang mslh tersebut sudah saya patahkan diartikel diatas.
      Prof. baharun Keturunan Yazid..? Ciuss.. Anda punya silsilah keluarganya?

      Balas

  4. lanjutan, tp sy fair sj menuturkan riwayat tersebut . skrg saatnya anda mesti belajar membaca semua literatur yg netral bukan dr satu sumber, sy yakin anda akan obyektif bukan berpolitis. wass.ww. ALLAHUMMA SHOLLI ALLA MUHAMMAD WA ALIHI.

    Balas

    1. Ungkapan menggelitik lagi “saya fair saja menuturkan riwayat tersebut”, riwayat yang mana..? dari 4 respon yang ada tidak ada satupun riwayat yang mendukung argumen anda. dalam artikel diatas saya mncamtumkan pndapat Muhamad bin Ali asy syukani ttg mana Ali (keluarga) dlm do’a shlawat kepada Rasulullah. Beliau adalah salah satu ulama yang pernah menjadi syiah, dan tidak menafsirkan ungkapan tersebut hanya pada keluarga Fatimah dan Ali saja. termasuk secara terbuka saya cantumkan pendapat ulama syiah sendiri tentang masalah tersebut. jadi menurut saya artikel diatas sudah Fair karena tidak hanya dr literatur ahl sunah.
      akhirya sepertinya anda yang harus banyak membaca semua literatur.

      Balas

      1. pendapat “jggnj” adalah pendapat orang rofidloh atau minimal orang awam yang langsung kena racun sabaiyah… Iran musuhan sama USA..? yang bener aja ahh, sampai sekarang ga ada tuhh Amrik nyerang Iran majusi persia.. oya fakta tentang Iran juga pernah diungkap oleh mas dahlan iskan… jum’atan di Iran hanya tersedia di satu tempat disetiap kota besar… itu menunjukan majusinya Iran…
        Majusikah atau majusi nenek moyang mereka…
        para shohabat dicai dan dimaki…
        sementara sang pembunuh ‘Umar al Faaruq rodliyalloohu ‘anhu kuburannya pun dielu elukan bak pahlawan…. dasar Iran Majusi… dasar Syi’ah Rofidlohh..
        oya satu lagi… saat ini yang berkembang hampir keselururuh dunia adalah Rowaafidll, jadi bokis kalo ada habib yang bilang tidak semua syi’ah sesat… habib itu bagian dari pelindung utama syi’ah di Indonesia…

        Balas

Tinggalkan komentar